“Lisa Frankenstein”: a New Twist on a Classic Tale
Sejak Mary Shelley menulis “Frankenstein” pada usia 19 tahun, novelnya telah berfungsi sebagai tes Rorschach yang sangat serbaguna, prescient dalam hal-hal yang penulisnya mungkin tidak dapat diperkirakan. Biasanya novel ini diinterpretasikan sebagai kisah tentang kesombongan, tentang manusia yang bermain menjadi Tuhan dan menuai konsekuensinya. Tetapi Anda juga dapat membacanya sebagai penjelasan Rousseau tentang sifat manusia, atau cerita licin yang diceritakan oleh narator yang tidak benar-benar dapat diandalkan yang mencoba untuk lolos dari pembunuhan.
Dalam film “Lisa Frankenstein” yang disutradarai oleh Zelda Williams yang juga merupakan adaptasi yang longgar dari “Frankenstein”, begitu terkenal di kalangan remaja. Film ini lebih mengambil sudut pandang tentang kisah seorang remaja yang menemukan cinta di tempat yang tidak mungkin. Guillermo del Toro, salah satu sutradara horor kontemporer terbesar kita, pernah menggambarkan “Frankenstein” sebagai “buku remaja khas,” penuh dengan angan-angan dan rasa ingin tahu tentang menjadi dewasa. Shelley memang dikenal memberikan cerita horor-komedi remaja, dan Lisa Frankenstein adalah versi yang disederhanakan dari cerita aslinya. Menariknya, Lisa Frankenstein menawarkan desain produksi yang menarik dan sangat berbeda, membuat film ini dinilai menarik dan menyenangkan untuk dilihat.
Film ini mendapat kritikan karena ceritanya yang yang terasa klise dan jelas, walaupun beberapa kritikus berpendapat bahwa cerita tersebut sesuai dengan dasawarsa dari cerita tersebut. Selain itu, sutradara Williams dinilai lebih memiliki daya tarik dibandingkan dengan para aktor yang bermain di film ini. Meskipun demikian, film “Lisa Frankenstein” tetap menarik sekaligus lucu, dan menarik untuk dilihat karena menyelipkan pesan tentang cinta dan pemahaman, dimana hal ini mengingatkan kita pada film-film romantis remaja era sebelumnya. Oleh karena itu, film yang ringan dan menyenangkan untuk ditonton dan sangat layak direkomendasikan bagi para pencinta film remaja.
Ringkasan
“Lisa Frankenstein” adalah film yang terinspirasi dari novel klasik “Frankenstein” karya Mary Shelley. Meskipun judulnya mengacu pada merek nostalgia Lisa Frank, nuansa filmnya lebih ke arah goth dan girly. Namun, desain produksinya menarik dengan pengaruh warna-warni dari film-film era 80-an dan 90-an. Namun, beberapa kritikus merasa bahwa plot film ini terlalu dapat ditebak dan karakternya terasa datar. Meskipun demikian, “Lisa Frankenstein” masih bisa menjadi tontonan yang menyenangkan dengan latar belakang romansa remaja.
Apakah Anda menyukai adaptasi baru dari cerita Frankenstein? Apa pendapat Anda tentang pengaruh warna-warni dalam desain produksi film ini? Bagaimana pandangan Anda tentang keterlibatan media sosial dalam genre film horor? Mari beri komentar!
Sumber berita silahkan Cek di sini Source link . jangan lupa baca berita/artikel terkait melalui link di bawah. dan silahkan cek tools kehamilan terbaru dari homp.my.id yaitu tools kalkulator kehamilan