“Godzilla Minus Satu” Berevolusi Menjadi Film Tentang Trauma Di Balik Sengatan Monster
Film “Godzilla Minus Satu” oleh Toho International, ditulis dan disutradarai oleh Takashi Yamazaki, mengejutkan ekspektasi penonton dengan menjadi sebuah meditasi tentang kesedihan dan kelangsungan hidup pasca Perang Dunia II. Meskipun aksi yang menakjubkan dengan monster, film ini bukanlah pertempuran yang menakjubkan dengan monster, tetapi lebih banyak merupakan cerita tentang kesedihan dan kesintingan setelah perang.
Trauma dari Perang Dunia II muncul ketika Koichi, seorang pilot kamikaze yang selamat dari perang dan pertemuan awal dengan monster, kembali ke reruntuhan Tokyo. Dia merasa terbayangi oleh apa yang dia saksikan. Ini adalah cerita tentang menemukan komunitas setelah kehancuran dan belajar menghargai diri Anda di masyarakat yang menganggap Anda tidak berharga.
Film ini telah dilihat sebagai sebuah dialog dengan dua film lain, yaitu “The Boy and the Heron” karya Hayao Miyazaki dan “Oppenheimer” karya Christopher Nolan. “Godzilla Minus Satu” dan “The Boy and the Heron” menjawab pertanyaan tentang perspektif Jepang dalam kisah tentang penemuan bom atom. Meskipun bukan secara eksplisit tentang pengeboman Hiroshima dan Nagasaki, baik film ini maupun “Oppenheimer” berbicara tentang kehidupan di Jepang selama dan setelah Perang Dunia II.
Koichi dan pahlawan terdampak lain dalam film ini berulang kali didatangi oleh mimpi buruk. Koichi menemukan keluarga baru setelah perang, tetapi enggan melupakan rasa malu atas pengalaman buruknya. Namun, film ini juga menyajikan pesan optimis tentang kehidupan dan masa depan yang hidup. Meskipun menancapkan rasa musuh yang tak kunjung mati dengan Godzilla, film ini menawarkan akhir yang bahagia, sementara “Oppenheimer” dan “The Boy and the Heron” kurang tentu dalam pesan optimis yang disampaikan.
Semua film ini adalah contoh bagaimana negara-negara tersebut mencerminkan naik turunnya kesadaran atas perang dan keputusan yang telah diambil selama periode perang tersebut.
Ringkasan
“Godzilla Minus One” merupakan karya yang menarik karena memperlihatkan sisi Godzilla yang berbeda dari sebelumnya. Film ini merupakan meditasi atas kesedihan dan kelangsungan hidup pasca Perang Dunia II. Takashi Yamazaki, sang penulis dan sutradara, ingin menggambarkan bagaimana perasaan para korban Perang Dunia II. Dialog dan adegan-adegan di film ini memunculkan pertanyaan-pertanyaan penting tentang trauma perang, pertanggungjawaban, dan nilai kehidupan. Bagaimana pandangan Anda tentang ketiga film yang disebut dalam artikel ini?
Apa tanggapan Anda tentang penggambaran trauma perang dalam “Godzilla Minus One”? Menurut Anda, apakah film ini berhasil menyampaikan pesan moralnya? Silakan berikan pendapat Anda di kolom komentar di bawah.
Sumber berita silahkan Cek di sini Source link