Movie  

Jangan Panik! Menelusuri Karya Sinematik Dario Argento

31dario argento notebook 01 fchq facebookJumbo - Jangan Panik! Menelusuri Karya Sinematik Dario Argento

Dario Argento: Mengenali Maestro Horor dengan Teori Panic
Panic: Sisi Tersembunyi dari Kengerian yang Disebabkan Oleh Film-Film Horor Dario Argento
Terdapat momen di dalam “Dario Argento Panico,” sebuah dokumenter baru seputar pembuat film horor Italia, Dario Argento, yang membuat saya mempertanyakan apakah saya salah dalam memahami mengapa film-filmnya yang jelas-jelas mengerikan dan penuh gaya dengan sangat dalam membuat saya merinding. Hal itu datang di akhir film dalam ucapan Argento sendiri – kata, sebenarnya – ketika ia membicarakan apa yang membuat film seramnya terasa menakutkan. “Saya mencari kepanikan,” katanya.

Program Retrospektif “Panic Attacks: The Films of Dario Argento” sudah dimulai sejak 31 Januari 2022, dimana para penggemar Argento dan penonton yang penasaran dapat menonton 13 judul film pilihan dari sutradara berusia 83 tahun ini. Film yang diputar antara lain adalah “Suspiria” (1977), “Deep Red” (1975) dan “Dracula 3D” (2013). Yang membuat menarik adalah keputusan untuk menayangkan film hasil karya Gaspar Noé, “Vortex” (2021) yang merupakan film pilihan tunggal bukan dari Argento.

Keberhasilan “The Bird With the Crystal Plumage” sebagai film debut Argento telah membuat nama Argento merangsek dan menjadi bagian dari perbincangan film-film horor pada era 1970an. Dengan tema thriller yang glamor, film ini memperlihatkan mahakarya dari sutradara sekaligus penulis skenario yang merupakan dasar adanya genre giallo yang dapat kita saksikan hingga saat ini pada film-film karya Peter Strickland dan Nicolas Winding Refn.

Keberadaan sutradara seperti Mario Bava dan Lucio Fulci dan pengaruh dari genre giallo yang menjadikan film-film Argento memiliki implementasi twisted logic, rhapsodic violence, dan stylized excess. Hal ini terlihat dari teknik pengambilan gambar yang unik dan keberadaan elemen-elemen giallo yang selalu ada dalam setiap filmnya.

Dengan memanfaatkan para pendukung seperti komposer Ennio Morricone dan sinematografer Vittorio Storaro, film seperti “The Bird With the Crystal Plumage” telah berhasil mengukuhkan posisi Dario Argento sebagai seorang virtuoso dari genre yang terbilang sensasional di dunia perfilman Italia, giallo. Dengan parameter keindahan yang dicapainya tersebut, sejatinya apa yang membedakan film-film Argento dengan sutradara lain adalah kesensasian jahat yang dimunculkannya.

Melalui sentuhan lemah gemulai dan kejutan-kejutan yang dihasilkannya, film-film karya Argento telah menempatkan dirinya sebagai suatu hal kontraproduktif terhadap ekspektasi ditengah kehebohan dunia perfilman horor. Selain itu, sebagian besar film terbaiknya juga telah membuat ritme film horor di era 1970an menjadi lebih beragam yang mampu mempengaruhi film-film horor yang dirilis di masa kini.

Ringkasan



Ada momen dalam “Dario Argento Panico,” sebuah dokumenter baru tentang sineas film horor Italia, Dario Argento, yang membuat saya bertanya-tanya apakah saya telah salah paham mengapa film-filmnya yang menakutkan begitu dalam memberi saya kengerian. Bagian tersebut disampaikan oleh Argento sendiri saat berbicara tentang apa yang membuat film-film menyeramkan. Ia mengatakan bahwa ia mencari “panic.” Apakah Anda suka film-film horor? Apa pendapat Anda tentang film-film Dario Argento? Apakah Anda tertarik untuk menyaksikan festival film “Panic Attacks: The Films of Dario Argento”? Seberapa penting bagi Anda aspek estetika dalam sebuah film? Bagikan pendapat Anda di kolom komentar di bawah!

Sumber berita silahkan Cek di sini Source link

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *