Musikal barunya Michael R. Jackson yang berjudul “Teeth” berdasarkan film horor independen Mitchell Lichtenstein tahun 2007, mengeksplorasi tema kebebasan seksual dan kekristenan yang konservatif. Dalam wawancara sebelum pembukaan, Jackson mengungkapkan keterlibatannya dalam proyek ini karena pengalaman pribadinya yang terkait dengan rasa takut pada tubuh dan keyakinan religius saat ia tumbuh dewasa.
Pengarang Musik dengan Perbedaan Sangat Rendah
Anna K. Jacobs, kolaborator Jackson dalam proyek ini, mengaku terinspirasi oleh TikTok Kristen yang menunjukkan bagaimana remaja evangelis seringkali dianggap seksi dan keyakinan bahwa tampil sederhana adalah hal terseksual. Musikal tersebut juga menggabungkan karakter baru dan mengeksplorasi konsep kehormatan dan keinginan.
Pengaruh Camille Paglia dan Genre Horor
Mitchell Lichtenstein, pembuat film “Teeth,” mengungkapkan bahwa ia terinspirasi untuk mengangkat mitos tentang vagina dentata setelah mengikuti kuliah Camille Paglia di Bennington College. Ia menekankan bahwa “Teeth” juga merupakan film genre superhero yang membahas penerimaan kekuatan internal.
Kontroversi dan Penerimaan
Dalam pertunjukan musikalnya, “Teeth” menunjukkan konten yang intens dengan adegan kekerasan dan konten dewasa yang memperlakukan isu pemerkosaan dan pelecehan emosional. Namun, penonton muda tampaknya menerima dengan antusiasme konten kontroversial ini, menyoraki kesetiaan musikal ini dalam melawan kesucian agama dan rasa malu seksual di Amerika pasca-roe.
Harapan dan Pesan Moral
Meski mencerminkan situasi politik dan budaya saat ini, Jackson berharap “Teeth” akan menjadi obat yang kuat untuk menangkal pemikiran ideologis yang meracuni masyarakat. Ia memandang musikal ini sebagai tempat di mana keunikan diterima dengan baik, menjadikan karya tersebut sebagai medan pertempuran melawan pemikiran dogmatis.
Ringkasan
Michael R. Jackson adalah seorang penulis lirik yang tidak memiliki vagina. Namun, saat dia berkolaborasi dengan komposer Anna K. Jacobs untuk mengadaptasi film horor independen “Teeth” ke dalam musikal, identitas dirinya yang spektral menjadi cahaya yang mengarahkan karyanya. Dengan tema horor feminis yang gelap namun juga kocak, musikal ini mengangkat isu misogini dan rasa malu terhadap tubuh perempuan. Bagaimana pendapat Anda tentang penggabungan horor dan komedi dalam panggung musikal? Apakah Anda tertarik untuk menonton musikal ini? Kasih komentar di bawah!
Sumber berita silahkan Cek di sini Source link . jangan lupa baca berita/artikel terkait melalui link di bawah. dan silahkan cek tools kehamilan terbaru dari homp.my.id yaitu tools kalkulator kehamilan
